TIRULAH IMAN MEREKA AYUB Download ”Aku Akan Mempertahankan Integritasku!” Pria itu duduk sendirian. Sekujur tubuhnya penuh dengan bisul yang menyakitkan, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pria itu duduk di abu, sebagai ungkapan rasa dukanya. Kepalanya tertunduk, bahunya terbungkuk. Dia bahkan tidak punya tenaga untuk mengebas lalat yang beterbangan di sekelilingnya. Dia hanya bisa menggaruk lukanya yang bernanah dengan pecahan tanah liat. Dulu dia dihormati, tapi kini dia dilupakan. Dia tidak dianggap lagi oleh teman, tetangga, dan keluarganya. Orang-orang, bahkan anak kecil, mengejek dia. Dia merasa bahwa Allahnya, Yehuwa, telah berbalik menyerang dia. Tapi dia ternyata keliru.—Ayub 28; 1918, 22. Pria itu bernama Ayub. Di mata Allah, ”tidak ada yang seperti [Ayub] di bumi”. Ayub 18 Ratusan tahun kemudian, Yehuwa masih menganggapnya sebagai salah satu orang benar yang pernah hidup di bumi.—Yehezkiel 1414, 20. Kita semua pasti pernah mengalami musibah dan kesulitan. Kisah hidup Ayub bisa sangat menguatkan kita. Kisah ini juga bisa mengajar kita satu sifat penting yang harus dimiliki setiap hamba Allah, yaitu integritas. Orang yang punya integritas adalah orang yang sungguh-sungguh mengabdi kepada Allah meski menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Mari kita belajar lebih jauh tentang sifat itu dari Ayub. Yang Tidak Ayub Ketahui Kisah Ayub sepertinya ditulis oleh Musa tidak lama setelah Ayub meninggal. Dengan bimbingan dari Allah, Musa menulis bukan hanya peristiwa yang dialami Ayub, tapi juga beberapa peristiwa yang terjadi di surga. Musa mengawali kisah itu dengan menceritakan kehidupan Ayub yang menyenangkan dan bahagia. Dia kaya raya, terkenal, dan dihormati di negeri Uz, mungkin terletak di bagian utara Arab. Dia suka menolong orang yang miskin dan melindungi orang yang tidak berdaya. Ayub dan istrinya dikaruniai sepuluh anak. Tapi hal yang paling berharga dalam kehidupannya adalah hubungannya dengan Yehuwa. Dia selalu berupaya menyenangkan Yehuwa, seperti Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf yang adalah keluarga jauhnya. Seperti pria-pria setia itu, Ayub juga menjadi imam bagi keluarganya dengan mempersembahkan korban demi anak-anaknya.—Ayub 11-5; 3116-22. Tapi tiba-tiba, ada kisah lain yang memengaruhi kehidupan Ayub. Musa mencatat apa yang terjadi di surga, yang justru tidak Ayub ketahui. Pada suatu waktu, malaikat-malaikat Yehuwa yang setia berkumpul di hadapan Allah. Setan, si malaikat pemberontak, turut hadir di sana. Yehuwa tahu bahwa Setan tidak menyukai Ayub yang setia. Jadi di depan Setan, Allah menyebutkan integritas Ayub yang luar biasa. Setan menjawab dengan nada menantang, ”Kalau Ayub tidak mendapat apa-apa, apa dia tetap takut kepada-Mu? Bukankah selama ini Engkau melindungi dia, keluarganya, dan semua miliknya?” Setan membenci orang yang mempertahankan integritasnya kepada Yehuwa. Orang seperti itu membuktikan bahwa masih ada yang mau mengabdi kepada Allah dengan tulus, berbeda dengan Setan yang memberontak dan mementingkan diri. Jadi, Setan mati-matian mengatakan bahwa Ayub melayani Allah karena ada maunya. Seandainya Ayub kehilangan semua miliknya yang berharga, Setan yakin bahwa Ayub akan mengutuki dan meninggalkan Yehuwa!—Ayub 16-11. Tanpa Ayub sadari, Yehuwa memberinya sebuah kesempatan istimewa untuk membuktikan bahwa tuduhan Setan itu keliru. Yehuwa membiarkan Setan merenggut semua yang Ayub miliki, kecuali nyawanya. Dengan kejam, Setan pun mulai beraksi. Dalam satu hari, Ayub ditimpa serentetan musibah. Awalnya, Ayub kehilangan semua ternaknya. Sapi, keledai, domba, dan unta miliknya lenyap dalam sekejap. Para penjaga ternaknya bahkan dibunuh. Salah seorang penjaga yang selamat melaporkan bahwa ”api dari Allah”, atau mungkin kilat, memakan habis semua dombanya. Selagi Ayub masih kaget karena kehilangan harta dan hambanya, dia tertimpa musibah lain yang jauh lebih berat. Saat sepuluh anaknya sedang berkumpul di rumah anak sulung Ayub, ada angin kencang yang tiba-tiba merobohkan rumah itu dan menewaskan mereka semua!—Ayub 112-19. Kita mungkin sulit membayangkan perasaan Ayub. Dia merobek pakaiannya, mencukur habis rambutnya, dan jatuh tersungkur. Setan dengan licik membuat semua musibah itu seolah-olah berasal dari Allah. Ayub pun menyimpulkan bahwa Allah mengambil kembali semua yang sudah Dia berikan kepadanya. Meski begitu, di luar dugaan Setan, Ayub tidak mengutuki Allah. Ayub justru berkata, ”Terpujilah nama Yehuwa selalu.”—Ayub 120-22. Ayub tidak tahu bahwa Setan meragukan integritasnya di depan Allah ”Dia Pasti Mengutuki Engkau” Melihat itu, Setan sangat marah. Tapi, dia pantang mundur. Saat ada pertemuan para malaikat, dia datang lagi ke hadapan Yehuwa. Pada waktu itu, Yehuwa kembali memuji Ayub karena Ayub tetap setia meski menghadapi serangan Setan yang bertubi-tubi. Setan mengatakan, ”Kulit ganti kulit. Orang akan menyerahkan apa pun yang dia miliki demi mempertahankan nyawanya. Sekarang, coba ulurkan tangan-Mu dan sakiti tubuhnya. Dia pasti mengutuki Engkau di depan muka-Mu.” Kali ini, Setan yakin kalau Ayub menderita penyakit yang parah, dia pasti mengutuki Allah. Karena yakin Ayub akan setia, Yehuwa membiarkan Setan membuat Ayub sakit, asalkan dia tidak sampai membunuh Ayub.—Ayub 21-6. Ayub pun mengalami keadaan seperti yang disebutkan di awal artikel ini. Bayangkan perasaan istrinya. Dia masih sangat terpukul karena baru saja kehilangan sepuluh anaknya. Sekarang dia harus melihat suaminya menderita penyakit parah, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa! Dia meratap, ”Sampai kapan kamu mau mempertahankan integritasmu dengan teguh? Kutuki saja Allah dan matilah!” Ayub pasti kaget karena dia tidak pernah menyangka bahwa istrinya yang tercinta mengatakan hal seperti itu. Tapi, Ayub merasa bahwa itu hanyalah ucapan yang bodoh. Dia tetap tidak mau mengutuki Allah. Dia sama sekali tidak mengucapkan kata-kata yang melawan Allah.—Ayub 27-10. Tahukah Saudara bahwa kisah nyata ini ada hubungannya dengan Saudara? Perhatikan baik-baik bahwa tuduhan Setan tidak hanya ditujukan kepada Ayub, tapi juga kepada kita semua. Setan mengatakan, ”Orang akan menyerahkan apa pun yang dia miliki demi mempertahankan nyawanya.” Jadi, Setan merasa bahwa tidak mungkin ada manusia yang bisa berintegritas. Dia menuduh bahwa Saudara tidak tulus mengasihi Allah dan akan langsung meninggalkan-Nya kalau nyawa Saudara terancam. Setan sebenarnya mengatakan bahwa Saudara sama egoisnya dengan dia! Maukah Saudara membuktikan bahwa Setan salah? Kita semua punya kesempatan untuk melakukan itu. Amsal 2711 Tapi, masih ada lagi tantangan yang Ayub hadapi. Mari kita lihat apa yang terjadi selanjutnya. Teman-Teman Palsu Alkitab menceritakan bahwa ada tiga teman Ayub yang mendengar musibah yang Ayub alami. Mereka pun mengunjunginya untuk menghiburnya. Dari jauh, mereka hampir tidak mengenali Ayub. Sekujur tubuh Ayub penuh luka-luka yang membuat kulitnya menghitam dan dipenuhi rasa sakit. Tiga orang itu adalah Elifaz, Bildad, dan Zofar. Mereka berpura-pura ikut sedih atas penderitaan Ayub, bahkan sampai menangis dengan keras dan menghamburkan debu ke kepala mereka. Lalu, mereka duduk di dekat Ayub tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Selama seminggu, mereka hanya duduk, diam seribu bahasa. Yang mereka lakukan itu sama sekali tidak menghibur Ayub. Mereka tidak bertanya apa pun kepadanya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, padahal Ayub jelas-jelas sedang menderita.—Ayub 211-13; 3030. Akhirnya, Ayub memutuskan untuk angkat suara. Dia meluapkan rasa sakitnya dengan mengutuki hari kelahirannya. Dia merasa sangat susah karena dia berpikir bahwa Allah yang menimpakan semua masalah atas dirinya! Ayub 31, 2, 23 Ayub memang tidak kehilangan iman, tapi dia sangat membutuhkan penghiburan. Sayangnya, saat ketiga temannya mulai bicara, kata-kata mereka sama sekali tidak menguatkan. Ayub bahkan merasa bahwa mereka lebih baik diam saja!—Ayub 135. Elifaz adalah orang pertama yang mulai bicara. Dia sepertinya jauh lebih tua daripada Ayub dan yang tertua di antara ketiga teman Ayub. Bildad dan Zofar bisa jadi ikut-ikutan cara berpikir Elifaz yang keliru. Sekilas, kata-kata mereka kedengarannya masuk akal dan tidak salah. Mereka mengulangi pendapat banyak orang bahwa Allah itu sangat mulia dan bahwa Dia menghukum orang jahat serta memberkati orang baik. Tapi, mereka sebenarnya sama sekali tidak berniat untuk menghibur Ayub. Misalnya, Elifaz menuduh bahwa Ayub pasti sudah berbuat dosa dan menyimpulkan bahwa dia sedang dihukum Allah.—Ayub 41, 7, 8; 53-6. Ayub tentu tidak terima tuduhan itu. Dia langsung membantah kata-kata Elifaz. Ayub 625 Tapi, ketiga orang itu justru semakin yakin bahwa Ayub pasti berupaya menyembunyikan kesalahannya. Mereka merasa bahwa Ayub memang pantas menerima hukuman dari Allah. Elifaz menuduh Ayub lancang, jahat, dan tidak takut lagi kepada Allah. Ayub 154, 7-9, 20-24; 226-11 Zofar menyuruh Ayub berhenti berbuat jahat dan berhenti menikmati hal-hal yang berdosa. Ayub 112, 3, 14; 205, 12, 13 Tapi, yang paling menyakitkan adalah kata-kata Bildad. Dia merasa bahwa anak-anak Ayub pantas dihukum mati karena mereka melakukan suatu dosa!—Ayub 84, 13. Tiga teman Ayub tidak membuatnya terhibur, tapi malah semakin membuatnya tertekan Apakah Integritas Memang Ada Gunanya? Ketiga pria itu tidak berhenti sampai di sana. Mereka tidak hanya meragukan integritas Ayub, tapi juga mempertanyakan apakah integritas itu memang masih ada gunanya! Elifaz mengawali kata-katanya dengan menceritakan bahwa dia melihat penampakan yang menyeramkan. Setelah bertemu roh jahat itu, Elifaz menyimpulkan bahwa Allah ”tidak percaya kepada hamba-hamba-Nya, dan Dia mencari kesalahan para malaikat-Nya”. Dengan kata lain, Elifaz mengatakan bahwa tidak ada manusia yang bisa menyenangkan Allah. Lalu, Bildad menambahkan bahwa manusia itu tidak ada bedanya dengan seekor belatung. Jadi, Bildad menyimpulkan bahwa bagi Allah, tidak ada gunanya apakah Ayub setia atau tidak!—Ayub 412-18; 1515; 222, 3; 254-6. Pernahkah Saudara menghibur orang yang sedang mengalami kesusahan yang berat? Pasti itu tidak mudah. Ada pelajaran penting yang bisa kita dapatkan dari kisah ini. Dari teman-teman palsu Ayub, kita bisa tahu hal-hal apa saja yang tidak boleh kita ucapkan. Kata-kata mereka mungkin terdengar hebat dan masuk akal, tapi mereka sama sekali tidak punya rasa kasihan kepada Ayub. Mereka bahkan tidak pernah menyebut nama Ayub sewaktu berbicara kepadanya! Mereka tidak peduli perasaan Ayub yang sedang berduka dan tidak bersikap lembut kepadanya. a Jadi, kalau ada orang yang sedang susah, cobalah untuk tetap ramah, lembut, dan baik hati. Hibur dia dan bantu agar imannya bisa tetap kuat. Dengan begitu, dia bisa terus mengandalkan Allah dan percaya bahwa Allah itu sangat baik, berbelaskasihan, dan adil. Seandainya ketiga teman Ayub yang mengalami musibah, Ayub pasti akan menghibur mereka. Ayub 164, 5 Tapi, Ayub tidak mendapatkan perlakuan seperti itu dari teman-temannya. Jadi, bagaimana tanggapan Ayub? Apakah kata-kata mereka ada pengaruhnya atas integritas Ayub? Ayub Tetap Tegar Sebelum perdebatan itu terjadi, Ayub sebenarnya sudah tertekan dengan berbagai musibah yang dia alami. Dia sendiri mengakui bahwa kesulitannya membuat dia seperti ”orang yang putus asa” sehingga dia kadang ”bicara sembarangan”. Ayub 63, 26 Kita bisa memakluminya karena Ayub pasti sedang merasa susah. Kata-kata Ayub juga menunjukkan bahwa dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semua musibah yang menimpa Ayub dan keluarganya terjadi secara mendadak dan tampaknya tidak mungkin disebabkan oleh manusia. Jadi, Ayub mengira bahwa Yehuwa-lah penyebabnya. Tapi, Ayub membuat kesimpulan yang keliru karena dia tidak tahu beberapa peristiwa penting yang terjadi di surga. Meski begitu, Ayub tetap punya iman yang teguh dan kuat. Imannya kelihatan jelas dari kata-katanya selama perdebatan yang panjang itu. Kata-katanya masih menyentuh hati, menguatkan, dan bermanfaat bagi kita sekarang. Misalnya, sewaktu Ayub memuliakan Allah atas karya ciptaan-Nya yang menakjubkan, dia menyebutkan hal-hal yang tidak mungkin diketahui manusia kalau bukan Pencipta sendiri yang memberitahukannya. Sebagai contoh, jauh sebelum para ilmuwan mengetahuinya, Ayub mengatakan bahwa Yehuwa ”menggantung bumi di kekosongan”. b Ayub 267 Selain itu, sewaktu Ayub membicarakan tentang harapan di masa depan, dia punya harapan yang sama seperti yang dimiliki oleh orang-orang setia lainnya. Ayub percaya bahwa seandainya dia mati, Allah akan mengingat dia, merindukan dia, dan menghidupkan dia lagi.—Ayub 1413-15; Ibrani 1117-19, 35. Nah, bagaimana dengan pandangan ketiga teman palsu Ayub tentang integritas? Mereka berpendapat bahwa integritas manusia tidak ada gunanya bagi Allah. Apa Ayub ikut-ikutan terpengaruh pandangan mereka? Sama sekali tidak! Ayub sangat yakin bahwa integritas itu penting bagi Allah. Tanpa ragu, Ayub mengatakan tentang Yehuwa ”Dia mengetahui integritasku.” Ayub 316 Tidak hanya itu, Ayub juga menunjukkan bahwa tuduhan teman-temannya tentang integritasnya itu keliru. Jadi, dia membuat pembelaan panjang yang akhirnya bisa membungkam mereka. Ayub mengerti bahwa integritas itu berarti tetap setia dalam segala hal. Dia menjelaskan apa saja yang dia lakukan setiap hari untuk mempertahankan integritasnya. Misalnya, dia tidak mau melakukan segala bentuk penyembahan berhala. Dia juga bersikap baik dan sopan kepada orang lain. Dia tidak berpikiran dan berbuat cabul serta menghormati perkawinannya. Yang terutama, dia tetap setia dan mengabdi kepada satu-satunya Allah yang benar, Yehuwa. Itulah sebabnya Ayub bisa dengan yakin mengatakan, ”Sampai mati aku akan mempertahankan integritasku!”—Ayub 275, catatan kaki; 311, 2, 9-11, 16-18, 26-28. Ayub tetap mempertahankan integritasnya Tirulah Iman Ayub Apakah Saudara setuju dengan pandangan Ayub tentang integritas? Memang mudah untuk mengatakan bahwa kita punya integritas, tapi yang penting adalah membuktikannya lewat tindakan kita. Kalau kita sungguh-sungguh mengabdi kepada Allah, kita akan menaati Dia dan melakukan apa yang Dia sukai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sewaktu kita sedang susah. Dengan begitu, seperti yang Ayub lakukan dulu, kita bisa membuat Yehuwa senang dan membuat Setan gigit jari. Inilah cara terbaik untuk meniru iman Ayub! Tapi, kisah Ayub belum berakhir. Ayub lupa satu hal yang paling penting. Dia hanya membela dirinya sendiri, sampai-sampai dia lupa membela nama baik Yehuwa. Jadi, Ayub perlu dinasihati dan dibantu supaya punya pandangan yang benar. Selain itu, dia perlu segera dihibur karena masih sangat sedih dan menderita. Apa yang Yehuwa lakukan untuk hamba-Nya yang beriman dan setia ini? Artikel berikut akan menjawabnya.
Ayubkini berpaling dari teman-temannya, yang rupanya tidak mengerti, dan berdoa kepada Tuhan. Perhatian Ayub yang terbesar selama semua percakapan adalah tentang Allah. Bahkan ketika ia berbicara tentang Allah dengan bentuk orang ketiga, Ayub senantiasa sadar akan kehadiran-Nya. Hati Ayub tidak pernah berpaling dari Allah yang dikasihinya.
Di negeri Uz, ada seorang pria yang menyembah Yehuwa. Namanya Ayub. Dia sangat kaya dan punya banyak anak. Dia baik hati dan suka menolong orang miskin, wanita yang suaminya sudah meninggal, dan anak-anak yang tidak punya orang tua. Tapi, apakah itu berarti dia tidak pernah punya masalah? Setan memperhatikan Ayub, tapi Ayub tidak tahu. Yehuwa berkata kepada Setan, ’Apa kamu lihat Ayub hamba-Ku? Di bumi, tidak ada yang seperti dia. Dia mendengarkan Aku dan melakukan yang benar.’ Setan menjawab, ’Tentu saja dia taat kepada-Mu. Engkau melindungi dan memberkati dia. Engkau memberi dia tanah dan binatang. Coba ambil semuanya, dia pasti tidak mau lagi menyembah Engkau.’ Yehuwa berkata, ’Kamu boleh menguji Ayub. Tapi, kamu tidak boleh membunuh dia.’ Kenapa Yehuwa mengizinkan Setan menguji Ayub? Karena Yehuwa yakin Ayub akan tetap setia. Setan pun menggunakan beberapa bencana untuk menguji Ayub. Pertama-tama, semua sapi dan keledai Ayub dicuri orang Syeba. Lalu, semua domba Ayub dibakar habis. Setelah itu, unta-untanya dicuri orang Khaldea. Para penjaga binatang itu dibunuh. Kemudian, bencana yang paling buruk terjadi. Semua anak Ayub mati karena rumah tempat mereka berpesta roboh. Ayub sedih sekali, tapi dia terus setia kepada Yehuwa. Setan mau Ayub lebih menderita. Jadi, dia menyebabkan seluruh tubuh Ayub penuh bisul. Ayub sangat kesakitan. Dia tidak tahu kenapa semua itu terjadi. Tapi, Ayub tetap setia kepada Yehuwa. Karena itu, Allah sangat senang kepada Ayub. Lalu, Setan mengirim tiga pria untuk menguji Ayub. Mereka berkata, ’Kamu pasti berbuat dosa dan mencoba menyembunyikannya. Allah sedang menghukummu.’ Ayub berkata, ’Aku tidak berbuat salah.’ Tapi, lama-lama Ayub mulai berpikir bahwa Yehuwa yang menyebabkan semua masalahnya. Ayub berkata bahwa Allah tidak adil kepadanya. Seorang anak muda bernama Elihu ikut mendengarkan pembicaraan mereka. Lalu dia berkata, ’Kalian semua salah. Yehuwa lebih hebat daripada yang kita tahu. Dia tidak akan pernah berbuat jahat. Dia melihat semuanya dan selalu menolong orang yang punya masalah.’ Lalu Yehuwa berkata kepada Ayub, ’Kamu ada di mana waktu Aku membuat langit dan bumi? Kenapa kamu bilang Aku tidak adil? Kamu hanya bicara, padahal ada banyak hal yang tidak kamu tahu.’ Ayub mengaku salah dan berkata, ’Aku salah. Sebelumnya, aku sudah dengar tentang Engkau, tapi sekarang aku benar-benar tahu siapa Engkau. Engkau bisa lakukan apa saja. Maafkan aku.’ Saat ujian itu berakhir, Yehuwa menyembuhkan Ayub dan memberi dia lebih banyak harta daripada sebelumnya. Ayub berumur panjang dan hidup bahagia. Yehuwa memberkati Ayub karena Ayub menaati Dia meski sulit. Apa kamu mau seperti Ayub dan terus setia kepada Yehuwa, tidak soal apa pun yang terjadi? ”Kalian mendengar tentang ketekunan Ayub, dan kalian melihat berkat yang Yehuwa berikan.”—Yakobus 511
Anakanak budak belian lalu dianggap sebagai anak-anak isteri jang sjah. Berulang-ulang kita didalam kitab Sutji berdjumpa dengan Ibu-ibu bangsa jang mandul. (Lihat Kej 25:21; 30:1 dsl; Dalam Kitab Sutji sebutan ini digunakan dalam tradisi P selaku nama Tuhan selama djaman para Bapa bangsa, sebelum nama Jahwe diwahjukan kepada Musa.
Post Views 15,171 Sepertinya pertanyaan yang tidak serius ya, tapi saya sudah beberapa kali mendengar pertanyaan ini. Termasuk baru-baru saja membacanya di sebuah sosial media. Pertanyaan ini muncul dari Ayub 4210, “… dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu”. Dari ayat itu kemudian muncul pertanyaan, kalau begitu apakah istri Ayub jadi dua ataukah tetap satu. Hal ini tentu saja berhubungan dengan masalah poligami di dalam Alkitab. Sebagaimana kita ketahui, kekristenan dengan dasar Alkitab menegaskan bahwa pernikahan haruslah monogami. Kemudian muncul pertanyaan baru, mengapa tokoh-tokoh Perjanjian Lama umumnya memiliki istri lebih dari satu dan tidak ada hukuman dari Tuhan. Ini pandangan saya, kalaupun “seakan-akan” Allah “membiarkan” poligami di Perjanjian Lama, bagi saya itu adalah pelajaran bagi kita umat Perjanjian Baru bahwa tidak ada pernikahan poligami yang tidak mendatangkan petaka. Kembali kepada masalah istri Ayub. Mari bandingkan keadaan Ayub sebelum pencobaan dari iblis dan setelah mengalami pemulihan. Dalam Ayub 13, “Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina …”. Setelah pemulihan, Ayub 4212, “… ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.” Yup, benar dalam hal ini Ayub menerima dua kali lipat. Tetapi dalam Ayub 12, “Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.” dan Ayub 4213, “Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan”. Tidak, anak Ayub tidak menjadi dua kali lipatnya kan. Saya meminta kita membaca dengan hati-hati 4210, “Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub … dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.” Perhatikan dulu kata “kepunyaannya“, saya mendeskripsikan ini sebagai harta benda. Sayangnya dalam bahasa asli yang diterjemahkan ke King James Version, hanya tertulis, “the LORD gave Job twice as much as he had before”, jadi tidak ada penjelasan tentang kata “kepunyaan” ini dalam bahasa Ibrani. Tetapi, sekarang perhatikan di atasnya pada kata “keadaan” karena kata ini memberikan gambaran yang lebih jelas. Dari kata dalam bahasa Ibrani “sheb-ooth” atau “sheb-eeth” yang berdasarkan kamus Strong didefinisikan sebagai “a former state of prosperity”. Nah jelas kan, “kondisi kemakmuran yang sebelumnya”, jadi saya menyimpulkan yang dikembalikan dua kali lipat itu ya harta bendanya. Nah, kalau istrinya bagaimana? Karena itu tidak tertulis dalam Alkitab, saya lebih suka mengatakan demikian. Ingat bahwa tujuan Alkitab ditulis adalah, “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” Yohanes 2031. Jadi, kalau ada yang tidak tertulis di dalam Alkitab, maka hal tersebut tidak termaktub dalam tujuan ini. Kalaupun ada hal-hal dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dijawab oleh Alkitab dan menjadi misterius bagi kita, maka inilah pegangan saya, “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.” Ulangan 2929. Biarlah yang tersembunyi itu menjadi bagian Allah, sementara bagian kita adalah melakukan kebenaran Alkitab yang sudah tertulis, dinyatakan, dan disingkapkan dengan sebenar-benarnya. ============== Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike International License.
NAMATOKOH ALKITAB DENGAN "Z". by BP » Sun Jun 18, 2006 5:06 am. ZIPORA. * Keluaran 2:21. 2:21 LAI TB, Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa. KJV, And Moses was content to dwell with the man: and he gave Moses Zipporah his daughter. Hebrew,
بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم Kisah islamiah kali tentang wanita teladan, akan mengisahkan tentang sosok seorang istri yang kuat iman meskipun godaan Iblis datang bertubi-tubi. Dialah istri Nabi Ayyub Rahmah binti Ifrayin. Kita memang sering mendengar kisah Nabi Ayyub namun sangat jarang diceritakan tentang istrinya, istri yang sangat setia ini, tetap teguh pendirian Siapakah istrinya dan peranan dia dalam mendampingi suami yang tengah sakit parah sehari-harinya. Dia memiliki kesabaran dan kestiaan yang sangat tinggi. Dan dari dua sifatnya itu telah terbukti ampuh dalam menghalau bisikan iblis agar meninggalkan suaminya yang tengah sakit parah. Mari kita tengok sedikit kisahnya. Kisahnya. Salah satu wanita yang diceritakan dalam Al Qur’an, adalah Rahmah binti Ifrayin, cucu dari Nabi Yusuf dan istri dari Nabi Ayyub Sebagai anak yang terlahir dari keturunan Nabi, Rahmah memiliki pribadi yang mulia. Terlebih lagi ia diperistri oleh Nabi Ayyub Namun meski demikian, iblis tidak terima, tidak menghendaki apabila Rahmah berlaku baik pada suaminya. Waktu itu, Rahmah menjalani hidup seolah dalam kesempurnaan. Ia bergelimang harta kekayaan, anak yang banyak dan memiliki suami yang diangkat oleh Allah SWT sebagai salah satu Nabi-Nya. Itulah yang membuatnya selalu bersyukur dan semakin tekun beribadah. Namun, Allah SWT memiliki rencana lain terhadap Rahmah dan keluarganya. Suatu saat harta kekayaannya habis terbakar sehingga hiduplah Rahmah dalam kemiskinan. Akan tetapi itu tidak membuat keimanan Rahmah goyah, malah ia bisa bersabar dan meyakini bahwa segala sesuatu yang dia miliki, pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Ujian dari Allah SWT. Allah SWT terus menguji keimanan Rahmah. Semua anaknya tiba-tiba meninggal dunia dalam waktu yang relatif singkat. Awalnya Rahmah merasa sedih, namun ia dengan cepat bangkit dan meyakini jika anak adalah titipan Allah SWT semata. Ia pun semakin rajin beribadah. Ujian berikutnya datang, suaminya mengalami sakit aneh dan menular. Akibatnya,ia dan suaminya diisolasi dan dikucilkan oleh warga karena takut tertular penyakit. Rahmah pun dengan ikhlas menggendong suaminya dan berjuang mencari nafkah untuk kehidupan mereka. Ia telah menunjukkan diri sebagai wanita yang setia dalam mendampingi suaminya, baik dalm keadaan suka maupun duka. Pada suatu hari ada seorang kakek yang datang ke rumahnya. “Wahai Rahmah, apakah engkau menginginkan suamimu sembuh,” kata kakek itu. “Iya, aku ingin suamiku sembuh dari penyakit anehnya, apakah yang bisa saya lakukan demi kesembuhan suamiku?” tanya Rahmah. “Kalau begitu, suruh suamimu sujud kepadaku, maka suamimu akan sembuh,bahkan kamu akan kaya kembali,” jawab kakek itu. Rahmah sempat bingung dengan pernyataan kakek itu, namun karena imannya kuat, dia tidak mau bersujud, karena kita bersujud hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa saja, pikirnya dalam hati. Setelah ditolak, kemudian Rahmah menceritakan kejadian tersebut kepada suaminya yang sedang terbaring lemah. Mendengar cerita istrinya, Nabi Ayyub terlihat tidak suka, ia menjeaskan bahwa kakek tua itu adalah jelmaan iblis yang hendak mengubah keyakinannya. Dan karena mendengar ketidaksukaan itu, Nabi Ayyub bersumpah untuk memukul Rahmah dengan seratus kali pukulan jika ia sembuh kelak. Nabi Ayyub Sembuh. Karena keteguhan suami istri ini dalam hal keyakinan, akhirnya Allah SWT memberikan kesembuhan kepada Nabi Ayyub Nabi Ayyub sembuh total seperti sedia kala. Suatu hari, ketika Rahmah pulang dari bekerja, ia mendapati orang asing yang tengah shalat di dalam rumahnya. Rahma pun terperanjat kaget sembari menunggu lelaki misterius itu selesai shalat. “Wahai orang asing, siapa dirimu dan apa tujuanmu datang ke rumahku?” tanya Rahmah penuh waspada siapa tahu orang itu adalah jelmaan iblis lagi. Laki-laki itu menoleh dengan senyuman yang manis. “Akulah suamimu,” jawab lelaki itu penuh wibawa. “Tidak mungkin…meskipun kamu mirip suamiku, namun saat ini suamiku tengah sakit keras, mustahil kamu adalah suamimu,” kata Rahmah yang mencoba meneliti orang tersebut. “Demi Allah SWT, wahai istriku, sayalah suamimu, Allah SWT telah memberikan kesembuhan kepadaku,” kata Nabi Ayyub meyakinkan. Akhir yang Bahagia. Setelah meneliti dan yakin kalau orang yang ada di hadapannya itu adalah suaminya, Rahmah pun segera berlari dan memeluk Nabi Ayyub Ia kemudian bersyukur kepada Allah SWT. Dalam keadaan penuh bahagia itu, Nabi Ayyub kemudianteringat akan sumpahnya untuk memukul istrinya sebanyak seratus kali bila sembuh. Setelah mengutarakannya kepada Rahmah, istrinya itu pun tidak merasa keberatan dan siap menerima pikulan dari suaminya. Subhanallah…Rahma memang seorang istri teladan, jarang ada tandingannya. Bersamaan dengan itu, turunlah wahyu Allah SWT kepada Nabi Ayyub agar melakukan sumpahnya dengan penuh rasa sayang dalam memukul. Allah SWT menyuruh Nabi Ayyub memukul isrtinya dengan pelan, dengan menggunakan seikat rumput lembut yang berjumlah seratus. Dengan demikian Nabi Ayyub tetap bisa melaksanakan sumpahnya, serta Rahmah tak merasakan sakit atas sumpah suaminya itu. Subhanallah…Allah menujukkan rasa sayang-Nya kepada Rahmah. Akhir cerita, keluarga Rahmah akhirnya dilimpahkan kembali rejeki dari Allah dengan sangat berlimpah. Dan Rahmah juga ditakdirkan hamil dan memiliki anak yang banyak lagi. Mendapat karunia yang tak terhingga itu, Rahmah bersyukur kepada Allah dengan sangat mendalam. Semoga banyak wanita yang bisa meniru teladan dari Ibu Salamh binti Ifrayin, cucu dari Nabi Yusuf ini. Sumber Kisah Islamiah
Ayubadalah seorang yang "saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (Ayub 1:1). Ia mempunyai sepuluh anak dan merupakan orang yang kaya. Alkitab menceritakan bahwa pada suatu hari Setan hadir di hadapan Allah dan Allah membahas sosok Ayub dengan Setan. Setan menuduh bahwa Ayub hanya saleh karena Allah telah memberkatinya.
Pertanyaan Jawaban Kehidupan Ayub menggambarkan bagaimana seringkali manusia tidak menyadari cara Allah bekerja dalam kehidupan tiap orang percaya. Kehidupan Ayub memperhadapkan kita dengan pertanyaan yang logis, " Mengapa kejadian buruk menimpa orang yang baik?" Pertanyaan ini diulangi di sepanjang sejarah manusia, dan jawabannya tidak mudah dijelaskan, namun orang percaya tahu bahwa Allah tetap memegang kendali, apapun yang terjadi, dan tidak ada yang namanya kebetulan. Ayub merupakan orang yang percaya; ia tahu bahwa Allah bertakhta dan berdaulat, meskipun ia tak mengerti mengapa berbagai macam tragedi menimpanya. Ayub adalah seorang yang "saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" Ayub 11. Ia mempunyai sepuluh anak dan merupakan orang yang kaya. Alkitab menceritakan bahwa pada suatu hari Setan hadir di hadapan Allah dan Allah membahas sosok Ayub dengan Setan. Setan menuduh bahwa Ayub hanya saleh karena Allah telah memberkatinya. Oleh karena itu, Allah mengizinkan Setan merenggut harta serta keturunan Ayub. Setelah itu, Allah mengizinkan Setan menyerang badan jasmani Ayub. Ayub berduka, namun ia tidak menuduh Allah berbuat salah Ayub 122; 427-8. Teman Ayub begitu yakin bahwa Ayub telah berbuat dosa yang layak dihukum, dan mereka memperdebatkan hal itu dengannya. Namun Ayub membela kemurniannya, meskipun ia mengaku ia ingin mati dan mengajukan pertanyaan. Seorang pria yang muda usianya, Elihu, berusaha menyuarakan pendapat menurut pihak Allah sebelum Allah Sendiri menjawab Ayub. Ayub pasal 38-42 mengandung persyairan yang begitu indah tentang kuasa dan kebesaran Allah. Terhadap jawaban Allah, Ayub memberi respon yang rendah hati dan bertobat, dengan mengaku bahwa dirinya telah berucap banyak tentang hal yang tidak ia ketahui Ayub 403-5; 421-6. Allah memberitahu teman Ayub bahwa Ia sedang marah terhadap mereka karena mereka telah mengatakan yang tidak benar tentang Dia, lain halnya dengan Ayub yang mengatakan kebenaran Ayub 427-8. Allah memerintah supaya mereka mempersembahkan kurban dan bahwa Ayub akan berdoa untuk mereka, dan Allah akan mengabulkan doa Ayub. Ayub melakukannya, kiranya mengampuni temannya atas kekasaran mereka. Allah memulihkan kebesaran Ayub dua kali lipat Ayub 4210 dan "TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu" Ayub 4212. Ayub hidup 140 tahun setelah peristiwa itu. Iman Ayub pada Allah tak pernah gagal, meskipun sedang berada di dalam situasi yang mengujinya dengan keras. Sulit dibayangkan jika kita kehilangan segala yang kita miliki dalam sehari – tanah, harta benda, bahkan anak. Sebagian besar orang yang mengalaminya bakal depresi dan mungkin juga mempertimbangkan bunuh diri setelah mengalami kehilangan yang begitu dahsyat. Meskipun ia depresi sehingga ia mengutuk hari kelahirannya Ayub 31-26, Ayub tak sekalipun mengutuk Allah Ayub 29-10 dan ia berpegang teguh pada pemahaman bahwa Allah berdaulat. Sebaliknya, ketiga teman Ayub, bukannya menghiburnya, malah memberinya saran yang buruk dan bahkan menuduhnya melakukan dosa yang sedemikian jahat sehingga Allah sedang menghukumnya dengan keras. Rupanya Ayub cukup mengenal Allah sehingga dirinya tahu bahwa Allah tidak bekerja dengan cara tersebut; sebaliknya, ia mempunyai hubungan pribadi yang cukup erat dengan Allah sehingga ia dapat berkata, "Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela peri lakuku di hadapan-Nya" Ayub 1315. Ketika istrinya menyarankan supaya Ayub mengutuk Allah dan mati, Ayub menjawab "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Ayub 210. Kesukaran Ayub, mulai dari kematian anaknya hingga kehilangan harta bendanya sampai kepada kesakitan fisik yang ia alami, ditambah lagi tuduhan mengada-ada dari temannya, tidak membuat imannya goyah. Ia mengenal Juruselamatnya dan ia tahu pada suatu hari Juruselamatnya bakal berpijak di bumi Ayub 1925. Ia mengerti bahwa hari-hari manusia telah ditakdirkan dan tidak dapat diubah Ayub 145. Dalamnya pemahaman rohani Ayub tampak di sepanjang kitabnya. Yakobus menyebut Ayub sebagai teladan ketekunan dengan menulis, "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan" Yakobus 510-11. Adapun beberapa fakta ilmiah dan sejarah yang direkam dalam kitab Ayub. Kitab ini menyiratkan bahwa dunia itu bulat jauh sebelum ilmu pengetahuan alam yang modern Ayub 2214. Kitab ini membahas dinosaurus — mungkin dengan nama lain, namun deskripsi Behemot versi Terjemahan Lama sangat serupa dengan dinosaurus — hidup berdampingan dengan manusia Ayub 4015-24. Kitab Ayub memberi kita pandangan sekilas di balik layar pemisah antara bumi dan surga. Pada awal kitab ini, kita melihat bagaimana Setan dan malaikat-malaikat jatuh lainnya masih diberi akses ke surga, dengan masuk dan keluar pada pertemuan yang diadakan disana. Yang jelas dari rekaman ini ialah bahwa Setan sedang sibuk menabur kejahatannya di bumi, sebagaimana tertulis dalam Ayub 16-7. Dan juga, rekama ini menunjukkan bagaimana Setan itu "pendakwa saudara-saudara kita," sesuai yang disebutkan dalam Wahyu 1210, dan juga kesombongan dan keangkuhannya, sebagaimana direkam dalam Yesaya 1413-14. Adalah mengejutkan melihat betapa lantangnya Setan menantang Allah; ia tak segan-segannya menantang Sang Maha Tinggi. Rekaman di dalam kitab Ayub ini menggambarkan Setan sebagaimana aslinya — sepenuhnya sombong dan jahat. Pelajaran terbesar yang kita peroleh dari kitab Ayub adalah bahwa Allah tidak wajib menjelaskan apa yang Ia lakukan atau yang tidak Ia lakukan. Pengalaman Ayub mengajar bahwa ada kemungkinan kita tak pernah memahami alasan mengapa kita menderita, namun kita harus tetap percaya pada Allah kita yang benar, berdaulat, dan kudus. Jalan-jalanNya sempurna Mazmur 1830. Karena jalan Allah adalah sempurna, kita dapat percaya bahwa apapun yang Ia lakukan — dan apapun yang Ia perbolehkan — juga sempurna. Kita tidak dapat memahami pikiran Allah secara menyeluruh, karena sebagaimana Ia jelaskan, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku...Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" Yesaya 558-9. Tanggung jawab kita pada Allah adalah menaati-Nya, mempercayai-Nya, dan tunduk kepada kehendak-Nya, baik paham atau tidak. Ketika kita melakukan hal itu, kita akan menemukan Allah di tengah ujian — bahkan karena ujian itu. Kita dapat melihat dengan jelas kebesaran Allah kita, dan bersama Ayub kita dapat berkata, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau" Ayub 425. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apa yang dapat kita pelajari dari kehidupan Ayub?
Abrahamartinya: bapak dari orang banyak (bangsa) Abigail Dari kata Ibrani אֲבִיגָיִל ('Avigayil) yang berarti "ayahku adalah sukacita"atau ada juga yang menterjemahkan "sumber sukacita". Dalam Perjanjian Lama Abigail adalah nama istri Nabal. Setelah Nabal meninggal, dia menjadi istri ketiga Raja Daud.
Ayb. 27-10 Segala harta, juga anak-anak, Ayub telah musnah. Kehidupan Ayub jatuh ke titik nadir. Barah busuk pun ada di sekujur tubuhnya, dari telapak kaki hingga kepala. Saking gatalnya, Ayub merasa perlu mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya. Sudah jatuh, ketimpa tangga. Harta tiada, tubuh pun menderita. Namun, derita Ayub belum selesai. Sang istri yang sangat mengerti tabiat Ayub tak bisa menahan diri. Dengan lugas dia berkata, ”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” Ayb. 29. Sudah jatuh, ketimpa tangga, lalu koma. Meski demikian, janganlah kita terlalu menyalahkan istri Ayub. Ia sangat mengenal Ayub. Dalam konsep zaman itu—juga masih banyak dianut hingga kini, saleh diberkati, jahat dikutuk. Ia sangat mengenal suaminya. Dia tahu Ayub saleh. Jadi, dalam kasus ini yang patut dipersalahkan bukan Ayub, tetapi Allah. Sehingga ia meminta Ayub untuk mengutuki Allah, yang telah bertindak tidak adil, dan bunuh diri. Istri Ayub tak mampu memahami dan menerima apa yang terjadi pada suaminya. Ia agaknya merasakan penderitaan Ayub. Ketika kehilangan harta dan anak, istri Ayub masih bisa bertahan. Tidak terdengar satu kata pun dari bibirnya. Usulan sang istri agar Ayub bunuh diri, sejatinya bukanlah karena dia tidak sayang lagi dengan suaminya. Kemungkinan besar karena dia sangat menyayangi Ayub. Ayub tak sepakat dengan istrinya. Ia malah memarahi istrinya. Ayub berkata, ”Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Ayb. 210. Dan perempuan itu pun diam. Kita bisa belajar dari sepasang suami-istri ini. Mereka tetap bertahan dalam penderitaan. Mereka tetap menjadi suami-istri. Alkitab mencatat bahwa sang istri tidak pernah meninggalkan suaminya. Dia memang tidak dapat menerima apa yang terjadi pada suaminya. Dia juga tidak bisa memahami pola pikir dan pola iman suaminya. Namun, ia tetap setia mendampingi suaminya. Dia tidak meninggalkan Ayub. Bahkan, ketika Ayub menghardiknya sebagai perempuan gila, perempuan itu tidak menjawab apa-apa. Agaknya, ia sadar telah berbuat salah. Diam adalah jawaban terbaik saat itu. Itulah yang bisa kita pelajari darinya. Silence is gold. Yoel M. Indrasmoro Literatur Perkantas Nasional
Ialebih memilih untuk berbohong, menutupi fakta bahwa Sarai adalah isterinya agar diperlakukan dengan baik oleh orang Mesir. Ayat Alkitab tentang Abraham dalam Kejadian 12:10-20 menunjukkan bahwa Abraham pun masih seorang manusia. Ia masih memiliki keinginan untuk diperlakukan baik oleh sesama. Ia masih memiliki kekuatiran.
AyatAlkitab: Ayub 2:1-13 2:1 Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN.
Dalamsekejap Ayub berubah dari orang yang berada menjadi orang yang tidak punya apa-apa, miskin, menderita, dihina dan ditolak. Tetapi kemudian Ayub Tuhan pulihkan ke dalam keadaan semula, bahkan lebih hebat dan lebih sukses lagi! 3. Yusuf. Kisah tokoh Alkitab paling menginspirasi yang ketiga adalah kisah Yusuf.
Dikutipdari "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia". Baca Lebih Banyak. Sebelumnya: Tentang Ayub (Bagian 1) Selanjutnya: Hubungan antara Penyerahan Ayub oleh Tuhan kepada Iblis dan Tujuan Pekerjaan Tuhan. Lonceng Alarm Akhir Zaman telah berbunyi, dan bencana besar telah melanda.
Sebagaimanakebanyakan perempuan dalam Alkitab, nama isteri Ayub tidak disebutkan. Tradisi Islam mengenalnya dengan nama Liah. Tradisi Yahudi menyatakan bahwa dia adalah Dinah, anak Yakub (Kej 30:1, kisah perkosaannya dalam Kej 34). Di dalam gereja, umumnya isteri Ayub tidak dihormati, dianggap seorang yang tidak setia kepada Tuhan, karena
Moms sedang mencari nama bayi laki-laki Kristen?. Ada banyak nama bayi laki-laki Kristen dengan beragam makna indah yang bisa Moms and Dads pilih untuk Si Kecil.. Umumnya nama bayi laki-laki Kristen banyak terinspirasi dari tokoh-tokoh yang ada di Alkitab.. Namun dalam pemilihannya, Moms and Dads jangan asal memberi nama untuk Si Kecil. Moms and Dads harus mempertimbangkan dengan
Paulus- siap pada kemungkinan yang akan terjadi . Filipi 4 : 12, "Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan."
InspirasiNama Anak Perempuan Dalam Alkitab. 1. Abigail Dina: perempuan yang kelak menjadi istri berbakti dan selalu mendapat pencerahan hidup dari sang Maha Kuasa. Abigail: Salah Satu Istri Raja David Dina: yang mendapat pencerahan; Al-Kitab: puteri Jacob dan Leah. 2. Chava Kenia: bayi perempuan yang kuat hatinya dan menjadi wanita yang penuh keanggunan.
Adaberbagai pertanyaan yang luar biasa di dalam Alkitab. Pertanyaan dari orang yang mencari kebenaran, pertanyaan dari pencemooh, pertanyaan dari orang percaya yang patah hati, dan pertanyaan dari Allah. Jangan takut bertanya pada Allah, tapi siapkanlah diri Anda untuk menerima jawaban Allah ketika Ia beri. English.
Hana-- Tokoh Wanita Dalam Alkitab edisi - 4 Lebih Dekat dengan Allah ( 1 Samuel 1-2) Dia adalah salah seorang dari dua istri Elkana. Dia lebih dikenal sebagai ibunya Samuel; salah satu nabi Israel. Hana mandul dan Penina, istri Elkana yang lain, menggunakan keadaan itu untuk menyakitinya. Suatu perbuatan yang kejam untuk dilakukan.
mjb9o.